SEPUTARPOHUWATO.COM – Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Pohuwato melalui fungsional drh. Yani Susilo memberikan tanggapan terkait desakan Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Pohuwato, Nirwan Due, yang meminta langkah tegas dalam menangani wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Drh. Yani menjelaskan, bahwa pihaknya hingga saat ini telah melakukan berbagai upaya untuk menangani kasus PMK yang muncul terutama di Kecamatan Duhiada’a.
“Kami melaksanakan pengobatan terhadap sapi-sapi yang terindikasi PMK. Saat ini, statusnya masih terduga suspek, belum bisa dipastikan sebagai PMK, namun gejalanya mengarah ke sana,” ungkap drh Yani Susilo, dikantornya, Senin (02/12/2024).
Menurut Yani, penanganan wabah dimulai sejak kasus pertama dilaporkan pada November 2023 lalu. Selain pengobatan, Dinas Pertanian juga melakukan penyemprotan disinfektan di kandang-kandang peternak sebagai langkah pencegahan.
“Kami juga sudah melakukan vaksinasi sejak tahun 2022. Namun, ada beberapa peternak yang menolak, sehingga penyebarannya sulit dicegah secara total,” jelasnya.
Jebolan Fakultas Kedokteran Hewan Unair Surabaya ini mengatakan, bahwa penyakit PMK sebenarnya bisa disembuhkan dengan pengobatan yang tepat.
“Tingkat mortalitasnya hanya sekitar 5 persen, tetapi tingkat penyebarannya sangat tinggi, mencapai 100 persen. Oleh karena itu, penting bagi peternak untuk segera melapor jika ada tanda-tanda seperti lepuh di mulut dan kuku, sapi tidak mau makan, atau mulut berbusa,” tambahnya.
Pria asal Madiun ini juga memastikan bahwa PMK tidak menular kepada manusia sehingga daging sapi tetap aman untuk dikonsumsi.
“Penyakit ini berbeda dengan antraks. Kami sengaja tidak mengekspos kasus ini secara luas agar peternak tidak panik dan menjual ternak mereka dengan harga rendah,” tegasnya.
Sebelumnya, Nirwan Due mendesak Pemkab Pohuwato untuk segera mengambil langkah antisipatif terkait wabah PMK.
Ia mengaku banyak menerima banyak laporan dari peternak yang mengeluhkan sapi-sapi peternak mati dengan gejala yang dicurigai sebagai PMK.
“Pemda harus cepat tanggap agar kerugian peternak bisa diminimalisasi. Jangan sampai wabah ini semakin meluas dan merugikan ekonomi peternak kita,” tegas Nirwan.
Hingga kini, upaya penanganan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Pohuwato terus dilakukan. Tim lapangan pun ditugaskan untuk memberikan edukasi dan melakukan pengobatan.
“Kami juga mengimbau peternak agar segera melapor jika mendeteksi gejala seperti mulut berbusa, sapi tidak mau makan, atau ada lepuh di kuku. Penyakit ini bisa diatasi asalkan ditangani dengan benar,” tutup Yani.