SEPUTARPOHUWATO.COM – Dinas Pertanian Kabupaten Pohuwato melaporkan realisasi penerimaan retribusi daerah tahun ini sebesar Rp.424.920.000 dari target Rp.622.625.000.
Kepala Dinas Pertanian melalui Bendahara PAD, Iyam Mahmud, menjelaskan menyalin informasi dari bidang-bidang terkait bahwa salah satu kendala dalam pencapaian target adalah kebijakan penggratisan penggunaan alat dan mesin pertanian (alsintan) untuk mendukung ketahanan pangan, khususnya budidaya padi gogo di lahan kering.
“Penggunaan traktor yang seharusnya berkontribusi pada PAD itu kami gratiskan. Untuk apa? untuk kemudian bagaimana memotivasi petani agar mau menanam padi gogo. Petani hanya menanggung biaya bahan bakarnya. Dampaknya, pendapatan PAD dari sewa alat menjadi nol,” ujar Iyam, kepada SeputarPohuwato.com, di ruang kerjanya, Rabu (11/12/2024).
Iyam juga mengungkapkan rincian penerimaan retribusi daerah Dinas Pertanian. Berikut datanya:
– Retribusi sewa tanah atau lahan: Sudah mencapai target.
– Retribusi pemakaian kendaraan bermotor: Rp475,88 juta dari target Rp851,15 juta (sisa target Rp375,28 juta).
– Retribusi pelayanan rumah potong hewan: Rp63,90 juta dari target Rp63,90 juta (100% tercapai).
– Retribusi penjualan bibit tanaman: Rp13,85 juta (tidak dirinci targetnya).
– Retribusi penjualan bibit ternak: Rp47,23 juta dari target Rp55 juta.
Namun, sektor retribusi dari penggunaan alsintan seperti traktor tidak menghasilkan pendapatan karena kebijakan penggratisan tersebut.
Iyam pun menjelaskan, kebijakan penggratisan alsintan dilakukan untuk mendukung swasembada pangan dan mendorong petani mengadopsi padi gogo sebagai komoditas baru. Menurutnya, hal ini menjadi dilema bagi Dinas Pertanian.
“Di satu sisi, kami dikejar target PAD. Namun, jika kami membebani petani dengan biaya sewa alat, mereka tidak akan mau mencoba menanam padi gogo. Jadi, alat kami gratiskan, asalkan petani menanggung BBM. Itu upaya kami untuk mengejar swasembada pangan,” katanya.
Kebijakan ini, menurut Iyam, dibuat untuk menghilangkan tuduhan bahwa PAD Dinas Pertanian tidak disetorkan atau disalahgunakan.
“Kami terbuka soal ini. Penggratisan alat bertujuan untuk memotivasi petani, bukan karena PAD kami tidak setor. Jadi, kita sampaikan tidak usah dibayar alat, yang penting bahan bakar minyak di tanggung, ini ada alat gratis, sehingga hal-hal itu yang kemudian PAD dari sumber alsintan tidak ada karena tidak ada yang masuk, ketika kami mau mempertahankan itu, kami mengejar produksi ketahanan pangan,” tegasnya.
Iyam juga menyebut, pengembangan padi gogo sebagai komoditas baru di Pohuwato masih menghadapi tantangan besar. Petani perlu diyakinkan untuk mencoba menanam padi gogo, apalagi dengan minimnya pengalaman dan fasilitas.
“Kami itu bak buah simalakama, mo suruh bayar tapi di satu sisi kami membujuk dan memotivasi para petani untuk bagaimana mereka mau melakukan penanaman. Kami hanya bisa berharap dengan upaya yang torang lakukan ini bisa meningkatkan produksi padi di Pohuwato dan membantu mewujudkan swasembada pangan, meskipun ada dampaknya terhadap target PAD,” pungkasnya.