SEPUTARPOHUWATO.COM – Malam itu, langit Dusun Suka Damai, Desa Telaga, Kecamatan Popayato, diselimuti cahaya merah yang bukan berasal dari senja, melainkan dari kobaran api yang melalap rumah sederhana milik Sunarti Mantiri (55). Dalam hitungan menit, hunian yang telah ia tempati puluhan tahun berubah menjadi abu.
Peristiwa memilukan itu terjadi pada Senin malam (20/10/2025) sekitar pukul 21.00 Wita. Hanya suara api dan jeritan panik yang terdengar, sementara Sunarti berlari menyelamatkan tiga cucunya yang masih kecil.
Dengan mata berkaca-kaca, ia mengenang momen yang tak akan pernah ia lupakan.
“Saya sedang di dapur, tiba-tiba api muncul dari atas rumah. Saya hanya sempat gendong cucu dan lari keluar. Tidak ada barang yang bisa diselamatkan, bahkan pakaian yang saya pakai malam itu saja yang tersisa,” tutur Sunarti lirih.
Warga sekitar segera berdatangan membantu. Dua mobil tangki PDAM dan satu unit mobil damkar dikerahkan. Namun, api baru berhasil dipadamkan dua jam kemudian. Sebagian dinding rumah milik anaknya, Hayani Nento, yang berada di sebelah pun ikut terbakar.
Kini, Sunarti hanya bisa menumpang di rumah anaknya. Tak ada yang tersisa selain semangat dan doa agar ada tangan-tangan baik yang terulur.
Musibah yang menimpa warga sederhana itu pun mendapat perhatian langsung dari Bupati Pohuwato, Saipul A. Mbuinga. Didampingi Camat Popayato Zulkifli Buludawa, Sekcam Mansur Abudjulu, dan Kepala Desa Telaga, Bupati Saipul datang meninjau langsung lokasi kebakaran pada Rabu (22/10/2025).
Bupati tampak terharu melihat kondisi rumah yang tinggal puing. Ia menyampaikan rasa prihatin sekaligus empati mendalam kepada Sunarti dan keluarganya.
“Kami sangat prihatin atas musibah ini. Insyaallah akan kami pikirkan, meski dengan keterbatasan anggaran. Kami tidak berjanji, tapi mudah-mudahan ada jalan dan bantuan dari pihak lain untuk meringankan beban ibu Sunarti,” ujar Bupati Saipul dengan nada penuh harap.
Selain menyampaikan belas kasih, Bupati juga mengingatkan masyarakat agar selalu waspada terhadap potensi kebakaran, terutama di musim panas.
“Musibah memang tidak bisa diprediksi, tapi kewaspadaan harus dijaga. Insyaallah ada hikmah di balik kejadian ini, dan Allah akan menurunkan rahmat-Nya lewat orang-orang yang peduli,” ucapnya menenangkan.
Di tengah reruntuhan rumahnya, Sunarti masih menyimpan harapan. Ia percaya, seperti halnya api yang padam setelah membakar, hidupnya pun akan kembali menyala karena kasih sayang dan kepedulian sesama yang tak pernah benar-benar padam.