SEPUTARPOHUWATO.COM – Sejumlah orang tua siswa SMP Negeri 3 Duhiada’a angkat bicara terkait polemik biaya perpisahan kelas IX yang sempat mencuat ke publik. Bertempat di Laboratorium SMPN 3 Duhiada’a, Jum’at (23/05/2025) siang tadi, puluhan orang tua berkumpul untuk memberikan klarifikasi dan menepis tudingan yang menyudutkan pihak sekolah.
Rosna Laima, salah satu orang tua siswa, mengatakan bahwa tidak ada paksaan sedikit pun dari pihak sekolah terkait pelaksanaan kegiatan perpisahan tersebut.
Ia pun dengan tegas mengatakan bahwa seluruh keputusan murni merupakan hasil kesepakatan antarsesama orang tua siswa.
“Menurut saya pak, ini tidak ada sama sekali unsur paksaan dari pihak sekolah. Bahkan waktu rapat saja, tidak ada satu pun guru yang hadir. Ini murni kesepakatan kami sebagai orang tua,” ujarnya.
Pernyataan senada disampaikan oleh Heriyanti Lalu. Ia bahkan menyebut kepala sekolah saat itu sempat keluar ruangan saat rapat sementara berlangsung demi menghindari keterlibatan dalam pengambilan keputusan tersebut.
“Kepala sekolah saja langsung keluar ruangan saat rapat pak, karena memang tidak mau ikut campur. Jadi ini murni memang inisiatif dari kami orang tua,” kata Heriyanti.
Ia menambahkan, kontribusi yang diberikan berupa uang senilai Rp350 ribu bukanlah bentuk imbalan, melainkan ungkapan terima kasih orang tua kepada guru-guru yang telah membimbing anak-anak selama tiga tahun ini.
“Sehingga kami berinisiatif untuk melaksanakan perpisahan ini. Kalau hanya dilihat dari uang Rp350 ribu, itu tidak sebanding dengan tenaga dan waktu yang sudah diberikan guru-guru kasian. Anak-anak ini banyak skali berulah di sekolah, tapi guru-guru tetap sabar ba didik pa dorang sampai lulus,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Komite Sekolah, Yahid Olii menjelaskan bahwa ia sebelumnya sempat melakukan rapat dengan orang tua pasca pemberitaan media muncul dan diputuskan untuk mengembalikan dana perpisahan ini. Namun keputusan tersebut ditolak oleh para orang tua.

“Orang tua siswa menolak pengembalian dana ini pak dan justru mereka datang berbondong-bondong ke sekolah mendatangi guru-guru dan menyampaikan bahwa mereka tetap ingin menggelar perpisahan, meskipun secara sederhana. Mereka bilang ini bukan beban, tapi hanya bentuk penghargaan saja,” tutur Yahid.
Ia pun berharap agar ke depan tidak lagi muncul asumsi-asumsi buruk yang menyudutkan pihak sekolah.
“Saya tegaskan sekali lagi pak bahwa kegiatan perpisahan ini tidak ada kaitannya dengan pihak sekolah. Ini murni hasil musyawarah antara orang tua siswa, panitia, dan komite,” pungkasnya.
Diketahui sebelumnya, muncul keluhan di sejumlah sekolah di Kabupaten Pohuwato terkait dugaan pungutan biaya perpisahan siswa. Biaya yang dipungut disebut bervariasi antara Rp250.000 hingga Rp350.000 per siswa. Padahal, Dinas Pendidikan telah mengeluarkan edaran larangan pungutan di lingkungan sekolah.
Namun, dalam kasus SMPN 3 Duhiada’a, para orang tua siswa kompak menyatakan bahwa keputusan kegiatan perpisahan adalah hasil inisiatif mereka sendiri, tanpa campur tangan pihak sekolah.