SEPUTARPOHUWATO.COM – Di pagi yang masih berkabut, di dermaga kecil Paguyaman Pantai, suara mesin perahu bercampur riuh canda para nelayan. Udara asin menyapu wajah, sementara ombak Teluk Tomini berdebur tanpa lelah. Di tengah suasana itu, ada satu nama yang kerap terdengar dari bibir ke bibir Rum Pagau.
Sebagian menyebutnya Pak Rum, sebagian lagi memanggilnya Pak Bupati. Namun di hati banyak warga, ia adalah Bapak Pembangunan.
Julukan itu bukan sekadar penghormatan basa-basi. Ia lahir dari kisah nyata yang melekat di ingatan. Kisah tentang seorang pemimpin yang menyalakan listrik di desa-desa pesisir yang dulu terjebak dalam gelap. Kisah tentang jalan aspal yang membelah kampung terisolasi, tentang harapan yang pelan-pelan tumbuh di dada rakyatnya.
Masih ingat betul di tahun 2014, Kecamatan Paguyaman Pantai adalah potret keterpencilan. Jalan tanah becek kala hujan, lampu minyak menjadi penerang malam, dan jaringan internet hanya terdengar sebagai cerita dari kampung sebelah. Sebagian besar warganya adalah nelayan yang setiap hari menantang ombak demi membawa pulang rezeki.
Hingga datang kepemimpinan Rum Pagau bersama wakilnya, Lahmudin Hambali. Pasangan yang akrab disebut PAHAM itu mengalirkan listrik hingga ke rumah-rumah nelayan. Tak hanya listrik, internet pun hadir.
Dampaknya terasa nyata. Es batu mulai diproduksi di desa, membuat ikan tangkapan tetap segar hingga ke pasar. Perahu nelayan bisa berlayar lebih lama tanpa takut rugi. Pendapatan meningkat, dan senyum warga terasa lebih lebar.
Bukan cuma itu, jalan dari Kecamatan Paguyaman ke Paguyaman Pantai diaspal mulus. Bagi sebagian orang, itu hanya infrastruktur. Tapi bagi warga yang bertahun-tahun berjalan di jalan berlubang dan berlumpur, itu adalah simbol keterhubungan tanda bahwa mereka tidak lagi terpisah dari pusat ekonomi.
Lalu ada Jalan By Pass Lahumbo, urat nadi baru yang memperlancar arus orang dan barang. Dan Jembatan Soeharto, karya arsitek asal Gorontalo Ir. Dany Pomanto, yang berdiri kokoh dan elegan. Peresmiannya bahkan dihadiri langsung putri mantan Presiden Soeharto, Titiek Soeharto dan mantan Menkokesra Agung Laksono, menambah kebanggaan warga.
Tak berhenti disitu, Rum Pagau juga menggagas program Sejuta Kakao, mendorong warga menanam pohon kakao di lahan masing-masing. Sebagian menyebutnya strategi ekonomi, sebagian lagi menyebutnya warisan jangka panjang.
Memasuki periode kedua, pemerintahan PAHAM membawa misi lebih besar yakni dengan mengembalikan kejayaan Boalemo. Keduanya pun merancang enam program unggulan, mulai pendidikan, kesehatan, administrasi publik prima, ekonomi berbasis pertanian dan kemaritiman, konektivitas infrastruktur, hingga pariwisata kelas dunia dengan visi The Capital of Tomini Bay.
“Ini bukan ambisi pribadi, tapi ini harapan rakyat Boalemo.” kata Rum Pagau kala itu.
Kini, sebagian program itu telah berkembang, sebagian lagi menunggu sentuhan lanjutan. Ada yang ikonik (ciri khas sebuah ikon), seperti Videotron di pusat kota Tilamuta meski menimbulkan pro dan kontra.
Namun satu hal tak terbantahkan, jejak kepemimpinan Rum Pagau dan Lahmudin Hambali telah mengubah wajah Boalemo.
Di tengah hiruk pikuk politik yang terus berganti, ingatan warga akan masa itu tetap hidup. Masa di mana listrik menyalakan semangat, jalan menghubungkan mimpi, dan seorang bupati mengajarkan bahwa pembangunan adalah warisan, bukan sekadar proyek.
Bagi rakyatnya, pemerintahan PAHAM akan selalu menjadi bagian dari cerita Boalemo, cerita tentang obor perubahan yang pernah menyala terang di ujung Teluk Tomini.
Penulis: Christoffel Tumewu
Ketua Pro JurnalisMedia Siber Kabupaten Pohuwato dan alumni Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unipo