seputarpohuwato.com, POLITIK – Saat pasangan Saipul A. Mbuinga dan Iwan S. Adam tengah fokus memenangkan Pilkada 2024 sebagai Calon Bupati dan Wakil Bupati Pohuwato, persaingan memanas untuk mendapatkan kursi strategis di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Pohuwato.
Pasangan yang dikenal dengan julukan Saipul-Iwan Amanah Pohuwato (SIAP) ini berhasil mengumpulkan dukungan penuh dari partai masing-masing. Partai Gerindra yang meraih enam kursi dan Partai Nasdem yang mendapatkan tiga kursi di DPRD Pohuwato menjadi pilar kekuatan utama mereka.
Perebutan kursi Wakil Ketua DPRD Pohuwato pun menjadi agenda utama. Di Partai Gerindra, persaingan ketat terjadi antara Hamdi Alamri dan Nirwan Due. Hamdi, yang menjabat sebagai Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) Gerindra, merupakan salah satu kandidat kuat berkat strateginya dalam mendukung kemenangan Saipul. Namun, ia harus bersaing dengan Nirwan Due, Wakil Ketua DPRD saat ini dan anggota keluarga Bupati Pohuwato.
Hasil pemilihan legislatif menunjukkan Nirwan Due unggul dalam jumlah suara dengan 2.811 suara, dibandingkan Hamdi Alamri yang meraih 2.226 suara. Namun, faktor loyalitas partai, pengaruh politik, dan strategi internal akan menentukan keputusan akhir.
Di kubu Partai Nasdem, ketua partai Iwan S. Adam telah resmi direkomendasikan sebagai Wakil Bupati mendampingi Saipul A. Mbuinga. Pengunduran diri Iwan dari kursi DPRD memunculkan pertanyaan tentang siapa yang akan menggantikannya dan meraih posisi Wakil Ketua DPRD Pohuwato.
Beberapa nama mencuat sebagai calon potensial, termasuk Delpan Yanjo, Bendahara DPD Nasdem Pohuwato, dan Wawan Kurniawan Wakiden, Ketua DPC Popayato Timur. Delpan Yanjo menjadi kandidat utama karena posisinya yang strategis di partai, sementara Wawan Kurniawan Wakiden juga menunjukkan ambisi besar untuk meraih posisi tersebut.
Perebutan kursi Wakil Ketua DPRD ini mencerminkan dinamika kekuasaan dan strategi internal partai yang rumit. Keputusan yang diambil akan mempengaruhi keseimbangan kekuasaan di DPRD Pohuwato dan arah kebijakan daerah ke depan.
Dengan persaingan yang semakin ketat, publik menantikan bagaimana partai-partai ini mengelola sumber daya manusia mereka untuk mencapai posisi strategis yang diincar.